8 Bahaya dan Dampak Negatif dari Obesitas  – Obesitas atau kegemukan, adalah kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh. Terdapat dampak dan bahaya obesitas yang merugikan bagi kesehatan karena dapat menyebabkan berbagai penyakit hingga menurunkan harapan hidup. Sebagian besar penyebab obesitas yaitu kombinasi antara kelebihan asupan energi makanan dan kurangnya aktivitas fisik. Selain itu, meningkatnya ketergantungan masyarakat pada makanan yang padat energi dan cepat saji yang mengandung karbohidrat, gula, atau lemak juga meningkatkan risiko kegemukan.

Obesitas adalah penumpukan mahjong lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama. Kondisi ini merupakan hasil perpaduan antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Untuk mengetahui apakah obesitas atau overweight, hanya perlu menghitung indeks massa tubuh (IMT/BMI) dengan rumus berikut: BMI = berat badan (kg) / (tinggi (m) x tinggi (m)) Seseorang dikatakan kelebihan berat badan (overweight) apabila BMI lebih besar dari 25. Namun, jika angkanya mencapai 30 atau lebih, artinya sudah masuk ke dalam kategori obesitas yang harus diwaspadai.

Obesitas dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit tertentu yang juga dipicu oleh asupan makanan yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, kerentanan genetik, gangguan endokrin, obat-obatan, hingga penyakit psikiatri. Berikut ini beberapa bahaya obesitas bagi tubuh:

Tekanan Darah Tinggi

Seseorang yang obesitas memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol darah tinggi, dan kadar trigliserida tinggi. Pada orang obesitas resistensi pembuluh darah sistemik akan meningkat sehingga memicu tekanan darah tinggi atau hipertensi. Risiko hipertensi akan semakin tinggi seiring dengan semakin banyaknya kenaikan berat badan seseorang. Hal ini berkaitan dengan indeks massa tubuh dan lemak tubuh.

Masalah Pencernaan dan Hati

Obesitas meningkatkan kemungkinan  mengembangkan sakit perut, penyakit kandung empedu dan masalah hati. Menurut Yayasan Gastroenterologi Indonesia, obesitas mempengaruhi gerakan lambung yang pada akhirnya akan mengganggu waktu kecepatan pengosongan lambung. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dispepsia dengan gejala perut terasa penuh dan rasa tidak nyaman. Selain itu, obesitas juga menyebabkan terjadinya perubahan bakteri usus yang meningkatkan risiko pankreatitis (radang pankreas), iritasi usus, hingga kanker lambung, usus besar, dan pankreas. Pada organ hati orang yang obesitas, akan terjadi perlemakan hati karena pemecehan lemak yang berlebihan. Penumpukan lemak tersebut juga memicu gangguan fungsi hati yang jika dibiarkan akan memicu peradangan hati hingga keganasan pada hati.

Gagal Ginjal

Selanjutnya obesitas juga memicu terjadinya peradangan di tubuh dan gangguan pada ginjal. Saat seseorang kelebihan berat badan, maka ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring darah lebih banyak (hiperfiltrasi) untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh yang juga meningkat. Apabila terjadi peningkatan peran fungsi ini, maka lama-kelamaan akan merusak ginjal hingga memicu penyakit gagal ginjal dan penyakit ginjal kronik.

Penyakit Jantung dan Stroke

Kementerian Kesehatan RI menjelaskan kalau obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit penyakit jantung koroner sampai empat kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang memiliki berat badan normal. Orang dengan berat badan berlebih dapat memicu lonjakan kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida tetapi di sisi lain juga menurunkan kadar kolesterol baik. Hal inilah yang menjadi faktor risiko penyakit jantung.  Sementara, risiko stroke meningkat terjadi saat lemak berlebih membuat peradangan jaringan tubuh sehingga meningkatkan penyumbatan darah.

Diabetes

Obesitas dapat mempengaruhi cara tubuh menggunakan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Ketika seseorang memiliki berat badan berlebih, maka akan meningkatkan kadar asam lemak dan peradangan. Hal ini akan menyebabkan resistensi insulin, yang pada gilirannya dapat menyebabkan diabetes tipe 2.

Obstructive Sleep Apnea

Bahaya obesitas berikutnya yaitu mengalami obstructive sleep apnea atau gangguan yang berpotensi serius di mana pernapasan berulang kali berhenti dan dimulai saat tidur. Timbunan lemak pada seseorang yang kelebihan berat badan di saluran pernapasan bagian atas mempersempit jalan napas. Ketika ini terjadi, ada penurunan aktivitas otot di wilayah ini, yang menyebabkan episode hipoksia dan apnea, yang pada akhirnya menyebabkan sleep apnea. Ciri-ciri sleep apnea adalah tidur mendengkur, rasa kantuk yang berlebihan di siang hari, insomnia, hingga terengah-engah saat tidur.

Kanker

Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker rahim, leher rahim, endometrium, ovarium, payudara, usus besar, rektum, kerongkongan, hati, kandung empedu, pankreas, ginjal dan kanker prostat. Jika mengalami obesitas, tipe sel khusus yang berfungsi untuk melawan kanker akan tersumbat oleh lemak sehingga tidak berfungsi. Alhasil, sel kanker bisa berkembang bebas.

Osteoarthritis

Osteoarthritis merupakan jenis arthritis atau peradangan di sendi yang membuatnya menjadi nyeri dan kaku. Penyakit ini sering menyerang tangan, lutut, pinggul, tulang punggung, maupun sendi-sendi yang lain. Seseorang yang obesitas dapat meningkatkan  tekanan pada sendi yang menahan beban sekaligus meningkatkan peradangan di dalam tubuh. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan komplikasi seperti osteoarthritis.